• Makalah



    PROVOKASI DIMEDIA SOSIAL



    Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi
    Tugas Mata Kuliah
    Pancasila



    Oleh:
    Muhammad Erta Dafik: 16540019




    Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushulddin Dan Pemikiran Islam
    Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga
    Yogyakarta



    DAFTAR ISI
    Kata pengantar....................................................................................................................................... 1
    BAB I..................................................................................................................................................... 2
                    Latar Belakang....................................................................................................................... 2
                    Rumusan Masalah.................................................................................................................. 2
                    Tujuan Penelitian.................................................................................................................... 2
                    Manfaat Penelitian................................................................................................................. 3
    BAB II.................................................................................................................................................... 4
                    Pembahasan........................................................................................................................... 4
    BAB III................................................................................................................................................... 6
                    Kesimpulan............................................................................................................................ 6
    Daftar Pustaka........................................................................................................................................ 7

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
    Bismillahirohmanirohim, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolongan-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang masih jauh dari kata sempurna. Namun, semoga makalah ini bisa menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan provokasi dimedia sosial. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi agung, Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya dihari akhir kelak. Amin amin ya robbal ‘alamin.
    Makalah ini adalah tugas individu dari Bapak Roma Ulinnuha yang masih jauh dari kata sempurna. Namun pada akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ini, sehimgga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam makalah yang berjudul “Provokasi Dimedia Sosial”  ini penulis masih mengharap kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini.
    Trimakasih
    Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh













                                                                                                    Yogyakarta,   Januari 2017


                                                                                                        Muhammad Erta Dafik
    BAB I
    Pendahuluan
    A.   Latar Belakang
    Manusia adalah makhluk sosial yang setiap harinya berinteraksi dengan individu yang lain. Faktor pendorong untuk melakukan interaksi adalah kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari setiap insan. Hasil dari interaksi dan komunikasi inilah yang nantinya akan mejadi sebuah kepuasan. Interaksi tidak hanya antara individu dengan individu, individu dengan kelompo dan kelompok dengan kelompok akan tetapi interaksi bisa juga dilakukan dengan melihat media masa yang menampilkan sebuah berita. Media masa adalah hal fital yang sangat dekat dengan manusia di era global seperti sekarang ini. Bisa dikatakan hampir 85% orang di indonesia setiap hari menerima berita dari media masa dan media sosial. Biasanya berita diperoleh dari media cetak seperti koran dan majalah, media elektronik seperti handphone, televisi dan radio. Bahkan berita bisa diperoleh dari mulut ke mulut. Baru baru ini masyarakat indonesia sedang dihebohkan dengan kasus penistaan agama oleh salah seorang calon gubernur di DKI Jakarta. Kasus penistaan agama ini menjadi sangat viral dimedia sosial. Banyak komentar yang terlontar dari para nitizen, entah itu yang membela pada agama, entah itu yang membela kepada calon gubernur. Media masa saling berlomba-lomba untuk memberitakan kasus ini, pastinya demi kepentingan rupiah. Celah ini dimanfaatkan oleh beberapa pemproduksi media masa untuk membuat berita yang mungkin bisa dikatakan menjelek-jelekan salah satu pihak dari kasus penistaan agama ini.
    Yang menjadi sangat memprihatinkan banyak media yang justru menampilkan beberapa berita yang tidak valid. Disinilah kedewasaan dan kadar keilmuan seseorang diuji untuk menyikapi bila ada media masa yang justru menampilkan berita yang membuat gejolak perpecahan terjadi. Dewasa ini banyak orang yang hanya membaca judul berita tanpa membaca dan memahami isi berita. Kurangnya wawasan masyarakat terhadap dunia politik menjadi masalah yang sangat mendasar. Akan sangat berbahaya jika masyarakat mendapat berita-berita yang tidak seharusnya ada, atau bisa disebut hanya karangan yang dibuat. Padahal media masa dan media sosial adalah hal paling berpengaruh dalam hal ini. Namun sejauh ini malah banyak oknum-oknum yang memanfaatkan celah tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi apabila terjadi hoax information. Disinilah yang nantinya membuat opini warga bermacam-macam dan yang lebih butuk akan memicu perpecahan ras,suku maupun agama. Dari perpecahan atat kerusuhan inilah yang nantinya bisa disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia masih rawan akan terprovokasi dan nilai-nilai pancasila pada jatidirinya sudah luntur, terutama pada sila ke tiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Dari beberapa pemaparan diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang provokasi di media sosial dan media masa. Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa bermanfaat kususnya untuk saya sendiri dan orang lain.
    B.   Rumusan Masalah
    1.      Apa saja bentuk provokasi dalam media sosial?
    2.      Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap informasi yang belum valid adanya?
    3.      Bagaimana peran pancasila dalam mengatasi provokasi ini?
    C.   Tujuan Penelitan
    1.      Untuk mengetahui jenis provokasi apa saja yang dibuat dimedia sosial terutama media sosial facebook.
    2.      Untuk mengetahui apakah warga indonesia mudah terprovokasi atau tidak.
    3.      Untuk mengetahui seberapa pentingnya nilai-nilai pancasila dalam menyikapi sebuah provokasi, terutama pada pancasila sila ke tiga yaitu ‘Persatuan Indonesia’.
    D.    Manfaat Penelitian
    Hasil penelitian ini nantinya di harapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.
    a.       Manfaat Teoritis
    Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
    b.      Manfaat Praktis
    -Bagi Mahasiswa
    Mahasiswa lebih mengetahui apa saja bentuk-bentuk provokasi dimedia sosial,dan dapat membedakan mana berita yang benar-benar valid atau hanya berita palsu.
    -Bagi Dosen
    Dosen memperoleh berita dari bentuk-bentuk provokasi dimedia sosial.
    - Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
    Menjadi referensi dalam melaksanakan penelitian berikutnya, terutama berkaitan dengan provokasi dimedia sosial.
    -Bagi Peneliti
    Penelitian ini akan menjadi bentuk pengabdian dan penerapan dari ilmu yang di dapat, memberikan pengalan kepada peneliti, serta dapat memeberikan sedikit pemahaman kepada masyarakat terutama dalam bidang pendidikan.























    BAB II
    PEMBAHASAN

    Seperti yang sudah diketahui banyak orang provokasi dapat juga diatikan sebagai upaya mengajak terhadap kejelekan. Biasanya provokasi itu sendiri dilakukan oleh oknum-oknum yang berkepentingan tertentu misal dalam kepentingan politik, maka oknum tersebut akan menjelek-jelekan lawan politiknya dengan cara membuat provokasi yang menunjukan bahwa dirinya tidak baik. Karena kurangnya masyarakat dalam hal pengetahuan teknologi, banyak orang yang langsung percaya dengan apa yang diberitakan. Oknum-oknum inti yang sengaja dibuat untuk menjatuhkan salah satu lawan politik memang sungguh membuat kejolak yang sangat besar. Karena hanya karena urusan politik saja sampai-sampai rela Indonesia berpecah belah dan menghancurkan nilai-nilai yang ada pada pancasila terkhususnya sila ke-3 yaitu ‘Persatuan Indonesia’. Sebuah provokasi ini akan sangat berbahaya jika yang digunakan adalah media massa atau media sosial, terutama facebook. Karena hampir sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan media sosial facebook, mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa bahkan untuk kalangan orang tua.
    A.                Peran Wartawan dan Bentuk Provokasi
    Peran wartawan dalam menyampaikan sebuah berita sangat dibutuhkan untuk menyajikan berita dengan sebenar-benarnya. Karena ‘Wartawan dapat hidup dalam berbagai bentuk sistem politik, sebab sistem politik yang berlaku bukan wartawan yang menentukan. Sistem politik yang berbeda-beda mengakibatkan hubungan yang berbeda antara pers, ada yang mengikatnya, ada yang memperalat dan mensubordinasikan, ada yang mencoba  mengembangkan hubungan kemitraan[1]’. Artinya wartawan tetap bisa memberitakan apapun walau sedang ada gejolak dalam ranah pemerintahan atau bahkan ranah politik. Namun pada faktanya banyak oknum wartawan yang menyalahgunakan kewenangan itu dengan semena-mena. Malahan tidak sedikit wartawan dan media massa yang bekerja sama dengan anggota calon legislatif untuk sebagai media kampanye dan yang terpenting untuk membuat berita yang tidak benar tentang lawan politiknya. Padahal sudah menjadi keharusan bagi setiap wartawan menyajikan sebuah berita dengan sebenar-benarnya berdasarkan fakta yang ada dilapangan. Karena yang akan terkena dampak itu adalah masyarakat.’Masyarakat mengalami semacam proses penguasaan melalui berbagai tahap normalisasi lewat media. Ideologi dasar jurnalisme yang mengutamakan informasi untuk kebaikan publik menjadi tergeser maknanya. Media massa menjadi pihak yang paling menentukan dan memiliki kekuasaan untuk mendistribusikan berbagai kebenaran relatif dibutuhkan[2]’. Ditambah lagi wartawan sering membuat judul yang dilebih-lebihkan, sehingga banyak warga masyarakat yang hanya membaca judul saja mereka sudah bisa menyimpulkan bahwa pak Ahoklah sumber dari segala masalah yang ada saat ini. Warga banyak yang tidak tahu bahwa masalah ini juga diperbesar dengan video yang diposting oleh bapak Buni Yani yang sudah dirubah keaslianya. Sehingga warga hanya tau berita tentang video yang sudah dirubah dan mencoba men-judge pak Ahok sumber segala masalah. Padahal itu tidak sesuai dengan kode etik lembaga penyiaran yang seharusnya ‘indikator adequacy merupakan kewajiban lembaga penyiaran untuk menyajikan program well information bagi publik. Artinya, masyarakat harus memiliki informasi yang cukup dalam menentukan keputusan politiknya dalam demokrasi. Di sini media berperan untuk memberikan informasi kepada masyarakat untuk membantu mereka menentukan pilihanya. Media massa bertanggung jawab memberikan informasi tentang para kandidat dari sisi yang paling obyektif, sehingga akan menyehatkan persaingan politik di pemerintahan’[3].
    B.                 Perlunya Pengetahuan Yang Cukup Bagi Masyarakat
    Perlunya pengetahuan yang cukup bagi masyarakat dalam menyikapi sebuah berita sangatlah penting, karena jika tidak masyarakat akan gampang terhasut dengan berita-berita yang malah isinya tidak benar. Kebanyakan masyarakat masa kini banyak yang hanya membaca judul berita tanpa melakukan pemetiksaan lebih lanjut pada berita tersebut. Dengan pengetahuan yang masih bisa dikatakan kurang warga mencoba menyimpulkan apa yang dilihatnya. Lalu menceritakan pada rekan-rekanya dengan penafsiran yang asal-asalan dan jauh dari kata ilmiah. Ironisnya lagi, jika yang diberi berita tersebut langsung percaya tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Ini yang nantinya akan sangat berbahaya, karena bisa saja target provokasi tersebut sebenarnya atau bisa pula disebut dengan berita hoak. Masyarakat juga harus lebih menumbuhkan sifat positif thinking terhadap apa yang dilihat dan didengarkanya. Tidak langsung menyimpulkan dengan asal-asalan tanpa melakukan pemerikasaan terlebih dahulu. Seperti yang dikatakan oleh narasumber saya yaitu saudari Intan Feby Valetina yang beragama  Kristen ‘kita harus sama-sama berpikir positif, kita harus dewasa dalam hal ini, jika memang ini disebabkan oleh adanya salah faham, maka lekas hentikan kesalah pahaman ini. Berdamailah, karena dengan itu maka Indonesia akan hidup tentram sama seperti sebelumnya[4]’. Semua kalangan sangat berpengaruh penting dalam kasus yang sedang berlangsung ini, karena tidak saja aspek politik yang menjadi sorotan aspek agama juga menjadi sorotan. ‘Penonton sebagai orang awam selalu tergantung pada narkotis janji agama. narkotika agama ini selalu di kontrol oleh kelas pengusaha melalui kaum intelektualnya, karena kelas pengusahalah yang menguasai dan mengontrol alat-alat produksi dan sirkulasi mental. Pada konteks ini, ulama atau ustadz dapat disebut sebagai ‘kelas pengusaha’ oleh karena kekuasaan religius yang dimilikinya. Sebaliknya, dalam sebagian besar tradisi religius, orang awam seringkali dianggap sebagai kelas dua, karena mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan, latihan dan kekuatan magis atau wibawa kharismatis seperti yang dimiliki oleh tokoh religius dan pemimpin agama profesional’[5].
    C.                 Peran Pancasila Dalam Masalah Ini
    Peran pancasila dalam menyelesaikan masalah ini adalah bagaimana caranya pancasila dapat merubah mindset warga masyarakat. Terkhusus pada pancasila sila ketiga yang berbunyi ‘Persatuan Indonesia’. Karena pada faktanya warga Indonesia sangat mudah untuk dipecah belah, lebih banyak emosi untuk bertindak daripada dengan menggunakan pemikiran yang benar-benar matang. Disini sebenarnya bukan hanya peran pancasila saja, namun peran-peran dari pihak lain juga sangat dibutuhkan seperti tokoh adat, agama, politik daln lain-lain. Juga yang pasti masyarakat harus merubah pola pikir terlebih dahulu agar bisa menyaring berita-berita yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Lunturnya jatidiri bangsa pada masa kini sudah sangat jelas dilihat oleh indra, mulai dari perpecahan kecil hingga perang antar suku, ras dan agama padahal hanya masalah sepele. Namun memang dalam kasus kali ini pak Ahok tersangkut dalam yang serius, karena menyinggung perasaan umat muslim diseluruh antero negeri karena ucapanya. Pengembalian jatidiri bangsa mungkin sangat perlu dilakukan, jika tidak maka bisa diprediksi akan terjadi perpecahan yang sangat besar entah itu dalam ranah sosial, ekonomi, ras, agama, suku dan lain-lain. Sudah sewajarnya kita sebagai warga Indonesia menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan antar agama, ras dan suku.
    BAB III
           KESIMPULAN

    Jadi setelah beberapa pemaparan tadi dapat disimpulkan bahwa semua peran sangatlah bepengaruh, agar masalah ini cepat teratasi dan tidak akan timbul kasus-kasus seperti ini lagi. Karena dapat dilihat dari aspek ekonomi jelas sangat merugikan. Serta juga jika dilihat dari aspek politik dan agama ada beberapa pihak yang merasa dirugikan dengan adanya kasus ini. Bukan hanya itu saja, persatuan dan kesatuan bangsa ini juga terancam karena mulai lunturnya pengimplemtasian pancasila terutama sila ketiga yang berbunyi ‘Persatuan Indonesia’. Pastinya pengaruh wartawan yang sangatlah besar disini, karena wartawanlah yang paling bertanggungjawab atas apapun yang muncul dimedia massa. Namun kendati banyaknya tuntutan kerja wartawan banyak yang membuat berita yang bisa dibilang mengada-ngada. Mulai dari fitnah, memunculkan citra negatif dan juga yang lainya. Peran masyarakat dalam menanggapi sebuah berita palsu juga sangat diperlukan. Pengetahuan yang luas serta kepahaman terhadap kasus ini juga tak kalah pentingnya. Namun realita yang terjadi sekarang adalah masyarakat menjadi mudah percaya dengan apa yang hanya dilihatnya sekilas tanpa melakukan pemeriksaan terlabih dahulu.



















    DAFTAR PUSTAKA
                Anwar,Rosihan.1992.Wartawan Dengan Aneka Citra.Jakarta:Harian Kompas.
                 
    Syahputra,Iswadi.2011.Rahasia Simulasi Mistik Televisi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
                          2003.Rezim Media.Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama.


    [1] Rosihan Anwar,Wartawan Dengan Aneka Citra,Jakarta: Harian Kompas,1992,hlm14
    [2] Iswandi Syahputra,Rezim Media,Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,2003,hlm113.
    [3] Iswandi Syahputra,Rezim Media,Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,2003,hlm7.
    [4] Wawancara.Intan Feby Valentina.tanggal 12 Desember 2016.
    [5] iswadi syahputa,Rahasia Simulasi Mistik Televisi,Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011,hlm311.
     


  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    About

    Popular Posts